Kamis, 22 November 2007

koteka, berbagai ukuran berbagi fungsi


* “Apa yang pertama kali terlintas di benak sodara ketika berbicara tentang Papua?”

^ “Koteka, hutan, papeda, puncak Jaya, Jayapura, buah matoa, suku asmat, Raja Ampat, Lembah Baliem, hitam keriting, OPM, perang suku. Mmmmm…apa lagi ya?

Iya..sodara tidak salah, karena dulu saya juga mendapat kesan seperti sodara. Ciri-ciri yang sodara sebutkan tadi memang memberikan kesan kepada Papua. Padahal kalau kita mau jujur, bukan hanya itu. Masih banyak hal yang bisa diexplore di daerah mutiara hitam dari timur ini Menjelajah papua ternyata memang memberikan kesan tersendiri. Sungguh berbeda dengan apa yang kita dengar dan lihat di media.

^ “Bedanya dimana?”

* “Mari saya ajak sodara melihat satu persatu”

Pertama. Seperti juga sodara, ketika pertama kali akan berangkat menuju Papua, kesan saya adalah “Yes…saatnya saya akan melihat orang-orang yang memakai koteka”. Saudara tau apa sesungguhnya koteka itu? Terbuat dari apa? Di penjuru Papua sebelah mana kita bisa melihat orang menggunakan koteka?

Agar sodara paham, tidak semua suku di Papua menggunakan koteka sebagai penutup aura laki-laki. Jangan sodara bandingkan dengan jaman sekarang yang sebagian besar penduduk papua sudah menggunakan pakaian dari kain!! Begitulah...hanya di bagian tertentu saja kita bisa melihat koteka. Bahkan pada jaman Nabi Nuh-pun mungkin tidak semua penduduk Papua menggunakan koteka.

Koteka sebagai pakaian tradisional penutup aura laki-laki, biasa digunakan oleh suku-suku yang mendiami pegunungan sepanjang Wamena, Puncak Jaya sampai Nabire. Sedang penduduk yang ada disekitar pesisir lebih memilih menggunakan rumbe-rumbe dan cawat atau dalam istilah mereka disebut Moge.

Rumbe-rumbe merupakan sejenis celana atau rok yang terbuat dari kulit kayu khusus yang dihaluskan. Saking halusnya bahan ini, sampai-sampai bisa digunakan sebagai selimut, hangat lho... Bahan yang halus ini dibuat dengan cara merebus kulit kayu tersebut berulang-ulang, kemudian ditumbuk selanjutnya disisir dengan duri-duri liana hutan. Ada kalanya rumbe-rumbe dibuat dari bahan rerumputan panjang.

^ ”Bagimana dengan koteka?”

Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki. Koteka terbuat dari kulit labu (Lagenaria siceraria), dengan cara labu tersebut dibersihkan, kemudian dagingnya dikeluarkan tanpa merusak kulitnya. Nah...kulit labu ini dijemur dan selanjutnya koteka siap dipakai. Secara harfiah, kata ini bermakna pakaian, berasal dari bahasa salah satu suku di Paniai-Nabire. Sebagian menyebutnya holim atau horim.

Koteka ternyata ada berbagai bentuk. Ada yang bulat, bentuk L, dan lonjong biasa seperti mentimun. Ukurannya pun berbeda-beda. Perbedaan ukuran ini bukan semata disebabkan oleh perbedaan isi didalamnya namun juga mencirikan status seseorang.

^ “Wah…sampeyan sepertinya cocok menggunakan bentuk L ya..??”

* ”Hushhh...diam sodara!!!!!”

Semakin tinggi jabatan dan strata social dalam suku tersebut maka dia berhak memakai koteka dengan ukuran yang lebih besar. Anak-anak kepala suku biasanya memakai koteka yang berbentuk bulat. Seorang laki-laki ketika menginjak usia 5-13 tahun harus sudah mengenakan koteka sebagai busana pria. Dan yang menarik adalah, khusus kalangan raja atau kepala suku, koteka mereka akan diwariskan kepada anak cucunya. Persis seperti pewarisan tongkat atau keris kerajaan di Jawa.

^Asalkan tidak mewariskan penyakitnya juga...!!"

Selain itu, ukuran koteka juga berkaitan dengan aktivitas pengguna, mau bekerja atau upacara. Banyak suku-suku di Papua dapat dikenali dari cara mereka menggunakan koteka. Koteka yang pendek digunakan saat bekerja, dan yang panjang dengan hiasan-hiasan digunakan dalam upacara adat. Namun demikian, setiap suku memiliki perbedaan bentuk koteka. Orang Yali, misalnya, menyukai bentuk labu yang panjang. Sedangkan orang Tiom biasanya memakai dua labu.

Fungsi koteka juga bukan hanya semata sebagai penutup aura. Khusus koteka yang berukuran besar, barang ini juga berfungsi sebagai penyimpan barang kalau bepergian. Semacam tas, bisa diisi obat-obatan, rokok, minuman atau mungkin makanan.

* ”Gimana...sodara tertarik makan biskuit yang disimpan dalam koteka?

^ ”Halah...sampeyan saja yang makan!!

Tidak ada komentar: