Selasa, 20 November 2007

betang membentang

* ”Apa yang telintas di benak sodara ketika mendengar kata rumah betang?”

^ ”Rumah yang terbentang. Rumah yang ada hubungannya dengan petang hari. Hmmm..sebenarnya tidak ada yang telintas sama sekali di benak, aku baru pertama kali mendengarnya”

Rumah Betang adalah rumah adat khas suku Dayak. Sodara dengan mudah mendapatkan rumah betang di Kalimantan terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak. Sekedar pengetahuan saja, sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang atau melakukan aktifitas perdagangan. Sodara masih ingat iklan RCTI OK, yang syutingnya di pasar terapung? Itu syutingnya di Banjarmasin. Nah...mungkin seperti itulah gambaran aktivitas perdagangan orang-orang Dayak.

Kembali ke rumah betang. Menurut seorang bapak tua yang saya gak tau namanya yang saya temui di Kapuas Hulu, rumah betang adalah rentetan rumah pribadi yang bersambung menjadi satu-kesatuan. Sangat berbeda dengan sistem perumahan yang dibangun ditempat lain yang sangat mencerminkan individualitas, rumah betang memberikan nuansa tersendiri sebagai rumah yang terbuka, harmonis dan akrab satu sama lain.

Kondisi sumberdaya kayu yang melimpah di Kalimantan, setidaknya dulu, menyebabkan konstruksi bangunan dibuat dari bahan-bahan pilihan. Rumah betang dibangun dari kayu belian atau ulin yang kokoh. Tiang-tiang utamanya berukuran 20 X 40 cm. Tiap bilik atau lawang atau pintu membutuhkan kurang lebih 24 tiang utama seperti itu, yang ditunjang dengan puluhan tiang lainnya. Sebatang tiang utama membutuhkan 10-15 orang untuk mengangkutnya.

^ ”Oalahh mak....berat amat...!!”

Bentuk dan besar rumah betang bervariasi di berbagai tempat, umurnya pun sebagian besar sudah tua. Ada rumah betang yang mencapai panjang 200 meter dan lebar hingga 30 meter. Seperti rumah betang di Dusun Sunge Uluk Apalin, didirikan 65 tahun silam mencakup 54 bilik dengan panjang 286 meter. Setiap keluarga menempati satu bilik yang di sekat-sekat. Artinya rumah betang ini dihuni oleh 54 KK. Andaikan satu KK beranggotakan minimal 4 orang, artinya dalam satu rumah betang mampu dihuni oleh setidaknya 220 jiwa.

^ ”Satu kampung dunk?”



Nah itu baru satu rumah saja saja. Sedangkan satu unit pemukiman bisa memiliki rumah betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut.

^ ”Kok seperti rumah susun?

* ”Ada bedanya...”

Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal, sebenarnya rumah betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan suku Dayak. Budaya Betang merupakan cerminan kebersamaan. Sangat berbeda dengan rumah susun atau apartemen yang lebih mementingkan diri sendiri, tanpa aturan meskipun hidup satu atap atau bangunan. Namun, di dalam rumah Betang, setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Rumah betang dibangun untuk menciptakan keamanan bersama, berbagi makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Sangat khas budaya ketimuran. Kehidupan komunal

Rasa kebersamaan dan persaudaraan tampak setiap ada permasalahan yang menimpa salah satu penghuni. Jika salah satu anggota keluarga ada yang meninggal dunia maka penghuni yang lain akan berkabung mutlak diberlakukan selama satu minggu bagi semua penghuni dengan tidak menggunakan perhiasan, tidak berisik, tidak minum tuak dan dilarang menghidupkan peralatan elektronik. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki.

^ “Kalau begitu keadaannya saya jadi berpikir. Dengan hanya dibatasi bilik dari kayu, lantaipun kayu, kalau sepasang penganten baru ingin menikmati malam pertamanya gimana? Kan berisik? Masa dinikmati bersama-sama juga...?

* ”Justru disitulah seninya. Menciptakan gemuruh tanpa suara”

Tidak ada komentar: