Kamis, 22 November 2007

koteka, berbagi fungsi nasibmu kini

^ ”Kemarin sampeyan sudah cerita sedikit banyak tentang apa itu koteka dan moge, terbuat dari apa barang itu, bentuknya dan gunanya untuk apa saja... Tapi selama aku di Papua kok jarang sekali melihat orang pake koteka dan moge yo?..meskipun ketika aku jalan-jalan ke Wamena atau pegunungan Nabire. Palingan yang ada hanya untuk atraksi saja, abis foto-foto mereka langsung ngabur pake pakaian seperti kita lagi”

* ”Hmmm..ceritanya hampir sama ketika saya, jarang sekali sekarang melihat orang-orang Madura makan jagung. Produk jagung mereka melimpah ruah, tapi mereka malah memilih antre berpuluh-puluh meter di depan kantor desa untuk mendapatkan jatah beras”

Memang seiring waktu, koteka tak lagi dipakai. Apalagi benda ini dilarang di kendaraan umum dan sekolah-sekolah. Kalaupun ada, koteka hanya untuk diperjualbelikan sebagai cenderamata saja. Kita dengan mudah mendapatkannya di took-toko souvenir, atau di bandara.
Di kawasan pegunungan, seperti Wamena-pun, koteka hanya kadang-kadang saja dipakai. Itupun hanya untuk kepentingan wisata saja. Untuk berfoto dengan pemakainya, wisatawan harus merogoh kantong beberapa puluh ribu rupiah.

Sejak injil pertama kali dianjarkan di tanah Papua, para misionaris sudah mengampanyekan pengunaan celana pendek sebagai penganti koteka. Tapi tentu saja hal itu tidak mudah. Suku Dani di Lembah Baliem misalnya, saat itu mau menggunakan celana, namun tetap mempertahankan koteka.

Kampaye ini dipertegas lagi oleh Pemerintah RI sejak 1960-an. Melalui tangan-tangan para gubernur Papua, sejak Frans Kaisiepo pada 1964, kampanye antikoteka digelar.

Lebih kedepan lagi, pada 1971, dikenal istilah "operasi koteka". Operasi ini digelar dengan membagi-bagikan pakaian kepada penduduk secara gratis. Namun meskipun gratis, karena tidak ada sabun, pakaian itu akhirnya tak pernah dicuci. Pada akhirnya warga Papua malah terserang penyakit kulit.

* ”Ini ironi atau hal biasa?”

^ ”Yoo wajar saja toh? Lha wong jaman sudah beradab seperti sekarang ini kok masih pake koteka... Ntar kena pasal UU pornografi malah...”

* ”Peduli amat dengan UU pornografi? Siapa yang berani bilang bahwa memakai pakaian seperti kita ini jauh lebih beradab. Siapa yang bilang bahwa memakai bikini lebih sopan dibanding koteka atau moge? Coba ...apa sodara nafsu melihat para wanita papua memakai moge?

^ “Yo ora to..... Kecualiiiiii....”

* “Kecuali apa?”

^ “Kecuali yang memakainya Nadine Candrawinata”

1 komentar:

Hidayatullah mengatakan...

belum pernah lihat ikan hiu tuch.... tapi ngliat gambar hiu hidup di blog ini senang rasanya. gambarnya bagus-bagus.

isi blognya menarik lho... kasih shoutbox dong!

abis ini mau baca mengenai koteka ah. ada fotonya lagi... jadi inget, dulu punya temen orang papua (hidup di jawa). dia punya koteka mau dipakai dan ditunjukkan ke teman2. tapi aku nggak lihat, coz lagi nggak di tempat. hoho, foto di blog ini lumayan jelas. hihi... pisss!